Al Masoem

Ciri Kelompok Barisan Penista Agama, Sering Teriak Radikal Radikul dan Menuduh Politik Identitas

19 Agu 2023  |  390x | Ditulis oleh : Admin
Ciri Kelompok Barisan Penista Agama, Sering Teriak Radikal Radikul dan Menuduh Politik Identitas

Penistaan terhadap agama Islam semakin sering terjadi di Indonesia. Salah satu insiden yang paling dikenal dan tidak akan pernah dilupakan oleh mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia adalah ketika seorang pejabat publik bernama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terlibat dalam tindakan tersebut. Tindakan penistaan agama yang dilakukannya yaitu mengolok-olok petikan ayat dalam kitab suci umat Islam. Hal ini tentu membuat marah sebagian besar umat muslim Indonesia, dan segera melaporkan perbuatan penistaan agama tersebut ke pihak berwenang.

Selain kasus tersebut, masih banyak lagi penistaan agama yang dilakukan, baik secara individual maupun kelompok tertentu. Kelompok atau perorangan yang sering terlibat dalam barisan penista agama umumnya menunjukkan beberapa ciri yang mencolok. Pertama, mereka cenderung menggunakan platform publik, seperti media sosial, demonstrasi, atau pidato terbuka, untuk menyuarakan pandangan mereka yang merendahkan agama tertentu.

Kedua, sering berteriak radikal pada golongan maupun individu tertentu yang mereka anggap sebagai lawan politik dan tidak sejalan dengan tujuan mereka. Padahal pandangan mereka tentang radikalisme terhadap lawan politiknya hanyalah sebatas fitnah untuk mempengaruhi masyarakat agar percaya dengan tuduhan mereka bahwa individu tersebut memang memiliki paham radikalisme. Jadi, mereka yang sering menggunakan kata radikal pada umat Islam bisa kita pastikan mereka adalah orang-orang yang berada di barisan para penista agama.

Selain itu, mereka juga kerap menuduh lawannya dengan kata-kata politik identitas, yang bisa memperkuat kelompok tertentu di atas yang lain. Hal ini dapat dilihat dalam retorika mereka yang memicu konflik antaragama atau antarkelompok, dengan tujuan untuk menghasilkan ketegangan dan memperkuat basis dukungan mereka. Penekanan pada identitas ini seringkali menjadi alat untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu mendasar yang mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Teriakan radikal dan tuduhan politik identitas yang dilakukan oleh kelompok ini juga seringkali didorong oleh tujuan politik atau ekonomi tertentu. Mereka bisa dengan mudah memanfaatkan keuntungan dari konflik atau ketidakstabilan sosial tersebut, baik dalam bentuk dukungan politik terhadap golongan atau jajaran penista agama tersebut maupun pengaruh ekonomi secara keseluruhan.

Menjelang Pemilu 2024, kelompok atau barisan penista agama ini akan semakin gencar melancarkan aksinya. Mereka akan semakin keras meneriakan kata radikal dan memanfaatkan isu politik identitas kepada mereka yang tidak satu barisan atau berada diluar pemerintahan yang sedang berkuasa saat ini.

Mereka barisan pendukung penista agama Islam akan selalu berusaha mencegah sosok pemimpin yang dekat dengan para ulama dan selalu mengedepankan peraturan dalam Islam dalam setiap keputusan dan tindakannya. Pemimpin seperti ini tidak akan pernah mereka biarkan dan akan melakukan berbagai cara untuk menjegalnya.

Dalam menghadapi fenomena ini, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk berperan aktif dalam mempromosikan toleransi, dialog antaragama, dan penegakan hukum yang adil terhadap pelaku penistaan agama. Pendidikan dan kesadaran tentang keragaman agama dan budaya juga merupakan langkah krusial untuk mengurangi dampak dari kelompok-kelompok yang terlibat dalam penistaan agama dan tuduhan politik identitas kepada individu tertentu. 

Baca Juga: