Foto pertama saja sudah sangat mengejutkan, karena di foto tersebut tentara Belanda menganggap mayat pejuang Indonesia sebagai tropi.
Sempatkan mencari foto Perang Dekolonisasi di situs-situs Belanda, yang Anda temukan terbatas pada gambar-gambar aktivitas tentara kolonial dan antek-anteknya, upacara-upacara, atau foto-foto serdadu membagikan makanan kepada pribumi.
Padahal, ribuan dari 120 ribu tentara Belanda yang bertugas saat itu hampir selalu mengabadikan aksi mereka dan menyimpannya sebagai kenangan bertempur di tanah jajahan.
Akibatnya, banyak yang tidak diketahui bagaimana Perang Kemerdekaan Indonesia, atau Perang Dekolonisasi — demikian orang Belanda menyebutnya — berlangsung. Henk den Toom, seorang pembaca situs Java Post, menemukan beberapa gambar yang membawa Perang Kemerdekaan Indonesia lebih dekat.
Salah satu foto hitam putih yang diperlihatkan Henk den Toom, dan bisa dilihat di situs java post, mengejutkan siapa pun yang melihatnya. Seorang tentara Belanda berjongkok di depan mayat pejuang Indonesia.
Itu adalah gambaran tentara kolonial abad ke-17, ketika mayat pribumi adalah tropi atau piala. Dalam foto itu, sang tentara mengangkat kepala bocah pejuang, meski ekspresi wajahnya campuran antara bangga dan takut.
“Lihat kita punya satu lagi,” demikian tulisan di bawah foto itu.
Tidak ada keterangan kapan foto itu dibuat dan di mana. Lebih spesifik lagi apakah foto itu dibuat usai pertempuran atau operasi.
Pertanyaan ini menjadi penting karena tentara itu tidak berseragam dan mengenakan helm. Mayat pejuang Indonesia itu tergeletak di tepi jalan, dan seolah telah membusuk.
Foto itu adalah satu dari lima foto yang dibeli Henk den Toom dari sebuah pasar di Bandung. Tidak disebutkan kapan Den Toom membeli foto itu. Java Post hanya menulis Den Toom tinggal di Lembang saat perang terjadi.
“Saya membeli foto-foto ini karena sangat konfrontatif, apalagi foto pertama itu,” katanya.
Foto ketiga adalah seorang wanita muda tergeletak tepi persawahan. Juga tidak ada keterangan tentang foto itu. Foto ketiga menunjukan beberapa tentara dan seorang warga sipil dengan tangan di saku menyaksikan seorang tentara mengangkat tutup kepala salah satu korban.
Apakah foto-foto itu bukti kekerasan ekstrim tentara Belanda di Indonesia? Setidaknya begitulah yang disimpulkan dua lusin sejarawan, dan memaksa PM Belanda Mark Rutte minta maaf kepada Indonesia.
Kekejaman saat penjajahan Belanda memang mengerikan dan membuat kita yang melihat foto tersebut merinding. Kita tidak tahu betapa sulitnya para pejuang bangsa dulu berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Seharusnya para penerus bangsa saat ini terutama para penguasa bisa melihat betapa kejamnya jika tanah air kita dijajah oleh Negara lain. Lalu mengapa saat ini para penguasa negeri seperti dengan enteng memberikan tempat bagi mereka orang asing. Sungguh miris memang!